CEO Lippo Group James Riady (kiri) menerima cinderamata dari CEO Mitsui & Co Iijima Masami (kanan), usai menggelar pertemuan di Jakarta, Selasa (28/1).  Lippo Group menjalin kerja sama strategis dengan Mitsui & Co perusahaan asal Jepang, meliputi bidang telekomunikasi, multimedia, dan teknologi (TMT) serta pengelolaan sumber daya alam seperti perkebunan. Total investasi untuk semua proyek tersebut Lippo dan Mitsui akan menggelontorkan dana sebesar US$ 4-5 miliar atau sekitar Rp 48,7 -Rp 60,9 triliun. FOTO: BeritaSatu Photo/DAVID GITA ROZA
CEO Lippo Group James Riady (kiri) menerima cinderamata dari CEO Mitsui & Co Iijima Masami (kanan), usai menggelar pertemuan di Jakarta, Selasa (28/1). Lippo Group menjalin kerja sama strategis dengan Mitsui & Co perusahaan asal Jepang, meliputi bidang telekomunikasi, multimedia, dan teknologi (TMT) serta pengelolaan sumber daya alam seperti perkebunan. Total investasi untuk semua proyek tersebut Lippo dan Mitsui akan menggelontorkan dana sebesar US$ 4-5 miliar atau sekitar Rp 48,7 -Rp 60,9 triliun. FOTO: BeritaSatu Photo/DAVID GITA ROZA (sumber: Investor Daily/David Gita Roza)
Jakarta - Perusahaan konglomerasi asal Jepang, Mitsui & Co, menilai Indonesia sebagai negara tujuan investasi yang sangat menarik dalam jangka menengah dan panjang, meski saat ini perekonomian Indonesia mudah terpengaruh oleh kondisi dan fluktuasi perekonomian global. Sementara itu, hingga Juni 2013, total investasi dan pinjaman Mitsui di Indonesia telah mencapai lebih dari 200 miliar yen Jepang (sekitar US$ 1,98 miliar atau Rp 24,156 triliun). Hal itu membuat Indonesia menjadi negara tujuan investasi terbesar ketiga Mitsui setelah Brasil dan Cile.
CEO Mitsui & Co Masami Iijima mengatakan Indonesia merupakan pasar yang sangat besar dengan jumlah penduduk mencapai 240 juta jiwa. Jumlah tersebut sekitara 40 persen pasar kawasan ASEAN dengan populasi anak muda yang besar dan kelas menengah yang sedang tumbuh pesat.
"Hal itu yang membuat Indonesia sangat menarik sebagai pasar. Kami pun berpikir ada potensi pertumbuhan besar di sini dan beberapa sektor yang potensial, antara lain pendidikan dan kesehatan," kata Masami dalam surat elektroniknya, baru-baru ini.
Dikatakan, pada 1990, Mitsui masuk ke Indonesia melalui proyek pembangkit listrik independen dengan membangun PLTU Paiton I, pembangkit listrik berbahan bakar batu bara terbesar di Tanah Air. Pada 2012, Mitsui melanjutkan pembangunan Paiton III, yang berlokasi di Jawa Timur. Mitsui juga membangun proyek pabrik amonia dengan kapasitas 660.000 ton yang mulai berproduksi sejak 2000.
"Itu semua menunjukkan bahwa kami memiliki bisnis dan investasi dengan skala yang semakin membesar di Indonesia. Saya pikir, ini menunjukkan betapa pentingnya Indonesia untuk Mitsui," ujar Masami.
Hingga kini, lanjutnya, Indonesia menjadi negara ketiga untuk tujuan investasi langsung (foreign direct investment/FDI) setelah Tiongkok dan Thailand. Namun, Indonesia sangat mungkin menjelma menjadi negara tujuan investasi, minimal semenarik Tiongkok.
Masama menyampaikan, ada delapan negara yang potensial sebagai tujuan investasi dan menjadi penopang utama pertumbuhan usaha Mitsui di masa mendatang. Negara tersebut adalah Tiongkok, India, Brasil, Rusia, Indonesia, Meksiko, Myanmar, dan Mozambik. Karena itu, Mitsui pun terus memperkuat aliansi strategis dengan banyak pihak di negara-negara tersebut agar kapabilitas bisnisnya terus meningkat.
"Itu adalah negara-negara yang menjadi prioritas. Kami akan memfokuskan alokasi dana untuk investasi dan manajemen sumber daya. Indonesia menjadi salah satu di antaranya," ujarnya.
Walaupun menjadi tujuan favorit investasi, Masami tetap mengingatkan agar Indonesia bisa meningkatkan daya tariknya bagi investor. Dia menyebut Pemerintah Indonesia perlu serius mengimplementasikan reformasi struktural birokrasi, perbaikan infrastruktur, regulasi, peningkatan upaya yang serius untuk antikorupsi, sehingga akan lebih membangun kepercayaan diri investor kepada Indonesia.
Sektor Riil dan Manufaktur
Sementara itu, Ketua Kadin Komite Indonesia-Jepang Sonny B Harsono berpendapat investor Jepang saat ini tengah antre untuk investasi pada sektor riil dan manufaktur di Indonesia. Kesepakatan kerja sama Mitsui & Co dengan Lippo Group senilai US$ 5 miliar pun akan menjadi salah satu pemicu (trigger) yang akan memperbesar investasi dari Negeri Sakura tersebut. Hampir semua sektor dibidik, di antaranya sektor energi, elektronik, dan otomotif.
Sonny mengatakan hal itu mengacu hasil survei Japan Bank for International Cooperation (JBIC) pada akhir 2013 yang menyebutkan sekitar 500 perusahaan Jepang yang telah ekspansi ke luar negeri memilih Indonesia sebagai tujuan utama investasi di dunia untuk tiga tahun ke depan. JBIC meminta mereka memilih lima negara yang dianggap menjanjikan untuk bisnis mereka selama tiga tahun mendatang.
“Jadi, kerja sama investasi Mitsui & Co serta Lippo Group dan lainnya menjadi pertanda masuknya investor Jepang ke Indonesia dan banyak yang lain sedang antre. Survei terhadap perusahaan Jepang yang dilakukan JBIC juga menyebut bahwa Indonesia merupakan negara paling favorit untuk menarik investasi langsung dan telah mengalahkan Tiongkok, India, dan Thailand. Jadi, kita telah mengalahkan negara-negara yang lain,” ujar Sonny.
Seperti dikutip dari laman www.jbic.go.jp, sebanyak 44,9 persen responden perusahaan Jepang menilai Indonesia sebagai tujuan utama untuk berinvestasi, sedangkan popularitas Tiongkok di mata responden turun dari 62,1 persen menjadi 37,5 persen, atau turun ke peringkat keempat. Sementara itu, India menempati peringkat kedua dan Thailand ketiga.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada 2013 Jepang menjadi investor terbesar berdasarkan nilai investasi langsung. Negeri Matahari Terbit tersebut menginvestasikan dana US$ 4,71 miliar, disusul Singapura US$ 4,67 miliar, Amerika Serikat US$ 2,43 miliar, Korea Selatan US$ 2,2 miliar, dan Inggris US$ 1,07 miliar.